SUKU SASAK
Dalam kitab - kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan Lombok adi beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau selapawis.
Asal-usul
penduduk pulau Lombok terdapat beberapa Versi salah satunya yaitu Kata
sasak secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata sah yang
berarti pergi dan shaka yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah
leluhur orang sasak (Lombok). Dari etimologis ini diduga leluhur orang
sasak adalah orang Jawa, terbukti pula dari tulisan sasak yang oleh
penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya
diresepsi oleh kesusastraan sasak.
Etnis
Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak
merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti
lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong - tong yang
ditemukan di Pujungan, Bali, Suku sasak sudah menghuni pulau Lombok
sejak abad IX sampai XI masehi, Kata sasak pada prasasti tersebut
mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk
kebiasaan
orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi
sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang
sasak.
Sejarah
Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan peperangan
yang terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu peperangan antar
kerajaan di Lombok maupun ekternal yaitu penguasaan dari kerajaan dari
luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu, Budha, memunculkan beberapa
kerajaan seperti selaparang Hindu, Bayan. Kereajaan-kerajaan tersebut
dalam perjalannya di tundukan oleh penguasaan kerajaan Majapahit dari
ekspedisi Gajah Mada pada abad XIII - XIV dan penguasaan kerajaan Gel -
Gel dari Bali pada abad VI. Antara Jawa, Bali dan Lombok mempunyai
beberapa kesamaan budaya seperti dalam bahasa dan tulisan jika di
telusuri asal - usul mereka banyak berakar dari Hindu Jawa hal itu tidak
lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan Majapahit yang kemungkinan
mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah atau membangun kerajaan
di Lombok.
Pengaruh
Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lombok hal tersebut tidak
lepas dari ekspansi yang dilakukan kerajaan Bali sekitar tahun 1740 di
bagian barat pulau Lomboq dalam waktu yang cukup lama. Sehingga banyak
terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan kaum pendatang
hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre - genre campuran dalam
kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau
diambil dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali
saling mengambil dan meminjam dan terciptalah genre kesenian baru yang
menarik dan saling melengkapi.
Gumi
sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam
yang melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Islam masuk ke
Lombok sepanjang abad XVI ada beberapa versi masuknya Islam ke Lombok
yang pertama berasal dari Jawa masuk lewat Lombok timur. Yang kedua
pengIslaman berasal dari Makassar dan Sumbawa ketika ajaran tersebut
diterima oleh kaum bangsawan ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke
kerajaan-kerajaan di Lombok timur dan Lombok tengah.
Mayoritas
etnis sasak beragama Islam, namun demikian dalam kenyataanya pengaruh
Islam juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk
aliran seperti waktu telu, jika dianalogikan seperti abangan di Jawa.
Pada saat ini keberadaan waktu telu sudah tidak kurang mendapat tempat
karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam yang kuat
menggeser kekuasaan Hindu di pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat
keberadaannya hanya di bagian barat pulau Lombok saja khususnya di kota
Mataram.
Silih
bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya pengaruh budaya
lain membawa dampak semakin kaya dan beragamnya khasanah kebudayaan
sasak. Sebagai bentuk dari Pertemuan(difusi, akulturasi, inkulturasi)
kebudayaan. Seperti dalam hal Kesenian, bentuk kesenian di lombok sangat
beragam.Kesenian asli dan pendatang saling melengakapi sehingga
tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling terasa berakulturasi
dengan kesenian lokal yaitu kesenian bali dan pengaruh kebudayaan islam.
Keduanya membawa Kontribusi yang besar terhadap perkembangan
ksenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini. Implementasi dari
pertemuan kebudayaan dalam bidang kesenian yaitu, Yang merupakan
pengaruh Bali ; Kesenian Cepung, cupak gerantang, Tari jangger, Gamelan
Thokol, dan yang merupakan pengaru Islam yaitu Kesenian Rudad, Cilokaq,
Wayang Sasak, Gamelan Rebana.
Pulau
Lombok (jumlah penduduk pada tahun 2001: 2.722.123 jiwa) adalah sebuah
pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh
Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur
dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam
"ekor" di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau
ini mencapai 5.435 km², menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar
pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama di pulau ini adalah Kota
Mataram.
Pembagian administrative
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi 4 kabupaten dan 1 kotamadya:
- Kotamadya Mataram
- Kabupaten Lombok Barat
- Kabupaten Lombok Tengah
- Kabupaten Lombok Timur
- Kabupaten Lombok Utara
Geografi
Selat
Lombok menandai batas flora dan fauna Asia. Mulai dari pulau Lombok ke
arah timur, flora dan fauna lebih menunjukkan kemiripan dengan flora dan
fauna yang dijumpai di Australia daripada Asia. Ilmuwan yang pertama
kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris di
abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.
Topografi
pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya
mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut dan menjadikannya yang
ketiga tertinggi di Indonesia. Gunung ini terakhir meletus pada bulan
Juni-Juli 1994. Pada tahun 1997 kawasan gunung dan danau Segara Anak
ditengahnya dinyatakan dilindungi oleh pemerintah. Daerah selatan pulau
ini sebagian besar terdiri atas tanah subur yang dimanfaatkan untuk
pertanian, komoditas yang biasanya ditanam di daerah ini antara lain
jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.
Demografi
Sekitar
80% penduduk pulau ini adalah suku Sasak, sebuah suku bangsa yang masih
dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian besar memeluk agama
Islam. Sisa penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.
Bahasa
Disamping
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk pulau Lombok
(terutama suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa utama
dalam percakapan sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak
dapat dijumpai dalam empat macam dialek yang berbeda yakni dialek Lombok
utara , tengah, timur laut dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya
penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok (sebagian besar berasal dari
eks Kerajaan Karangasem), di beberapa tempat terutama di Lombok Barat
dan Kotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan
bahasa Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.
Agama:
Sebagian
besar penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak menganut agama Islam.
Agama kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu, yang
dipeluk oleh para penduduk keturunan Bali yang berjumlah sekitar 15%
dari seluruh populasi di sana. Penganut Kristen, Buddha dan agama
lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama dipeluk oleh para pendatang
dari berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau ini.
Di
Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di daerah Bayan, terutama di kalangan
mereka yang berusia lanjut, masih dapat dijumpai para penganut aliran
Islam Wetu Telu (waktu tiga). Tidak seperti umumnya penganut ajaran
Islam yang melakukan salat lima kali dalam sehari, para penganut ajaran
ini mempraktikan salat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini
terjadi karena penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara bertahap
dan karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya.
Di
Cakranegara (dulu bernama kerajaan Cakranegara) Kota Mataram sekarang,
dulunya ditemukan Naskah Lontar Kuno oleh Ekspedisi belanda (KNIL)
kemudian diambil lalu dibawa ke Belanda, naskah lontar ini sebenarnya
berada di Kerajaan Selaparang (sekarang sekitar daerah Pringgabaya,
Lombok Timur), namun pada saat peperangan antara Bali dan Lombok,
kerajaan Selaparang telah kalah karena diserang secara tiba-tiba, dan
akhirnya semua harta benda milik kerajaan selaparang dirampas oleh
pasukan Bali, sisa-sisa yang tidak terbawa kemudian dibakar. Termasuk
mahkota emas Raja selaparang (Pemban Selaparang) dan naskah lontar
Negara Kertagama yang sedang dipelajarai oleh para Putra dan Perwira
kerajaan Selaparang.
Menurut
isi Babad Lombok, kerajaan tertua yang pernah berkuasa di pulau ini
bernama Kerajaan Laeq (dalam bahasa sasak laeq berarti waktu lampau),
namun sumber lain yakni Babad Suwung, menyatakan bahwa kerajaan tertua
yang ada di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin
oleh Raja Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian surut dan digantikan
oleh Kerajaan Lombok. Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan
Sasak yang kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal
dari Bali pada masa itu. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di
pulau Lombok antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan
Selaparang.
Kerajaan
Selaparang sendiri muncul pada dua periode yakni pada abad ke-13 dan
abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan
kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit
pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam dan
kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan
pasukan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang
merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena
permasalahan dengan raja Selaparang. Pendudukan Bali ini memunculkan
pengaruh kultur Bali yang kuat di sisi barat Lombok, seperti pada tarian
serta peninggalan bangunan (misalnya Istana Cakranegara di Ampenan).
Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari pengaruh Karangasem akibat
campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk karena pemberontakan
orang Sasak mengundang mereka datang. Namun demikian, Lombok kemudian
berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar